Sekilas Tentang Sejarah Makanan BACANG atau BAKCANG
BACANG adalah makanan yang sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dalam acara-acara pesta sering kali makanan bacang menjadi bagian dari isi snack yang dibagikan panitia. Bukan hanya itu, bacang juga kini sudah menjadi komoditas makanan yang diperjual-belikan oleh sebagian orang di sekitar kita.
Meski sebetulnya nama bakcang sendiri merupakan nama asing dari nama-nama makanan di sekitar kita, karena sudah dikenalnya, sering kali kita tidak mempertanyakan apa makna dari nama itu. Kita tidak asing dengan nama bala-bala (karena komposisinya bermacam-macam dan terlihat sembrawut/bala), cilok (aci dicolok), cireng (aci digoreng), gehu (toge dalam tahu), batagor (baso tahu goreng), dan lain-lainnya, karena memang nama-nama makanan itu kebanyakan adalah singkatan dari bahasa kita. Namun apakah artiBACANG? Apakah artinya adalah BAso kaCANG? Ternyata bukan. Karena BACANG bukan baso dan di dalamnya pun tidak ada kacang.
Selidik punya selidik ternyata makanan BACANG ini mempunyai sejarah yang panjang dan sangat erat sekali hubungannya dengan kepercayaan suatu agama.
Jika bacang di kita isinya berupa nasi (semacam ketupat) yang di dalamnya berisi daging cingcang, maka BACANG yang aslinya adalah nasi yang dibungkus dengan daun bambu atau anjuang (di sunda namanya pohon Hanjuang), serta isinya adalah daging babi yang dicincang. Lalu kenapa bungkus yang digunakan harus pakai daun bambu atau anjuang? Berikut akan saya coba paparkan sejarahnya.
Bacang adalah merupakan makanan dari dataran Cina, tepatnya dari negeri Chou (atau Zhou), dengan nama asli "Ba Cang". Dan bacang erat kaitannya dengan sejarah kerajaan Chou, yakni sejarah antara mentri Khut Gwan (Wikipedia Indonesia dan artikel-artikel lain menyebutnya Qu Yuan) dengan sang rajanya. Mentri Khut Gwan merupakan mentri yang suka menasehati rajanya, namun sering kali nasihatnya diabaikan oleh sang raja. Bahkan suatu saat Khut Gwan malah difitnah yang menyebabkan dirinya dipecat dari kedudukan mentrinya oleh sang raja. Peristiwa pemecatan dan pengabaian nasihatnya kemungkinan besar menjadi faktor utama dirinya menjadi prustasi.
Mentri Khut Gwan akhirnya melakukan upaya bunuh diri dengan menjatukan diri ke sungai (konon nama sungainya adalah Miluo) sambil memeluk batu besar yang mengakibatkan dirinya tenggelam dan meninggal.
Raja Chou menginsafi kekeliruannya dan menyesal. Dia kemudian menyuruh orang-orang untuk mencari mayatnya. Namun usaha yang dilakukan gagal. Mayat Khut Gwan tidak ditemukan. Penyesalan sang raja Chou kemudian mendorongnya untuk melakukan ritual permohonan maaf dengan menghanyutkan makanan ke sungai tempat Khut Gwan menceburkan diri. Namun makanan itu setiap kali baru dihanyutkan langsung habis dimakan ikan. Namun pada suatu malam, konon roh Khut Gwan datang dalam mimpi dan berpesan agar makanan itu dibungkus dengan daun anjuang dan daun bambu. Saran dalam mimpi itu kemudian dituruti. Dibuatnya nasi dengan isian daging babi dan dibungkusnya dengan daun anjuang dan daun bambu. Makanan itu kemudian diberi nama Ba Cang. Sementara makanan tawar yang terbuat dari tepung ketan dan dibungkus
sama dinamainya dengan Kwe Cang. Dua makanan ini dilemparkan ke sungai. Kejadian ini menjadi upacara adat yang terus dilakukan dalam setiap perayaan pesta air orang Tionghoa.
Makanan bacang tidak haram sepanjang isinya bukan daging babi atau barang-barang yang diharamkan oleh Allah. Bacang juga tidak haram jika tidak dijadikan sebagai makanan yang dipersembahkan untuk jin, setan, atau thaghut-thagut yang dipertuhankan. Jika bacang memenuhi unsur keduanya, maka bacang adalah makanan yang diharamkan.
Resep Bacang Ayam Enak dari beras. Walaupun ada cara membuat dari bahan ketan dan isi babi namun kali ini kami akan memberikan yang isi ayam yang cukup enak dengan bahan dari beras biasa. Mungkin banyak yang tau bahwa bacang tasik isi ayam merupakan produk makanan yang sudah terkenal dan banyak disukai karena rasanya yang spesial berbeda dengan yang lain alias enak. resep bakcang ini bisa disamakan atau setidaknya mendekati makanan itu.
Bahan bumbu :
- 350 gram beras pulen
- 250 gram beras ketan putih
- 2 sendok makan Minyak goreng untuk menumis
- 5 siung b awang putih, cincang halus
- 1 liter air bersih
- 3 sendok makan kecap asin
- 40 lembar daun bambu
- Secukupnya Tali bambu / Rapia untuk mengikat
500 gram fillet dada ayam, rebus, potong dadu 1/2 cm
1 sendok tepung sagu, larutkan dalam 2 sendok makan air
8 butir bawang merah, cincang halus
7 siung bawang putih cincang halus
250 gram daun bawang iris tipis
125 ml kaldu ayam
6 sendok makan minyak goreng untuk menumis
2 sendok makan kecap asin
2 sendok makan saus tiram
6 sendok makan kecap manis
2 sendok teh gula pasir
1 sendok teh merica bubuk
1 sendok teh garam
- Tumis bawang merah dan bawang putih sampai harum.
- Masukkan daun bawang, aduk sampai layu.
- Kemudian Masukkan ayam, tumis sebentar, angkat
sumbersejarah:http://mitos-israiliat.blogspot.co.id/2013/09/sekilas-tentang-sejarah-makanan-bacang.html?m=1
sumberresep:http://resep4.blogspot.co.id/2013/09/resep-bacang-ayam-enak.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar