Sabtu, 27 Februari 2016

Kacang Sihobuk, Oleh-oleh Khas Tapanuli Utara

Kacang Sihobuk, Oleh-oleh Khas Tapanuli Utara

Hasil gambar untuk cara membuat Kacang Sihobuk 
Beberapa waktu yang lalu setelah saya dan beberapa teman selesai mengunjungi bengkel usaha Gitar Sipoholon, kami menyempatkan diri untuk singgah membeli oleh-oleh khas Tapanuli Utara di Desa Sihobuk, Pearaja. Melihat langsung cara pembuatannya membuat kami terkagum-gagum. Masih terbilang sederhana, tapi cara pemuatan itu pula yang membuat kacang ini menjadi begitu khas.
Rasanya gurih dan renyah, jika anda pernah mencobanya, anda pasti sependapat dengan saya. Jika belum, berkunjunglah ke Tapanuli untuk merasakan langsung,  gurihnya kacang tersebut.
Sekali mencobanya, maka siap-siaplah kocek Anda keluar, sebab Anda pasti tergoda untuk membawanya pulang. Kacang Sihobuk, barangkali, bukan pertama kali kita dengar, Kacang Sihobuk berasal dari Desa Sihobuk, Pearaja. Tepatnya di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Setiap orang yang pergi ke Tapanuli atau sekilas melintas, kacang Sihobuk menjadi oleh-oleh pilihan, apalagi setelah mencicipi-nya, anda pasti tergoda untuk memblinya.
Ya, kacang Sihobuk sudah pasti akan dijadikan oleh-oleh.
Disana kami bertemu dengan K Sigalingging, salah satu pengusaha kacang di Desa Sihobuk yang terbilang sukses. Ia sendiri tak pernah menyangka, kelak kacang Sihobuk akan harum namanya. “Setiap keluarga di desa ini sudah biasa membuat kacang bere karena disini  mayoritas petani. Biasanya, ya, untuk dimakan begitu saja, atau di bawa ke pesta-pesta. Namun lama kelamaan kami mulai memikirkan-nya untuk mengelolanya dengan serius,” kenangnya.
Pembuatan Kacang Sihobuk terbilang cukup lama. Awalnya kualitas kacang dipilih. Setelah itu kacang direndam selama beberapa hari, K Sigalinggin menjelaskan sambil membawa kami berkeliling tempat proses pembuatan kacang tersebut yang terbilang luas.
Pertama, karena Kacang Sihobuk dikenal dengan renyah dan garingnya sehingga kacang yang dipilih harus berkualitas. Pemilihan kacang kita lakukan dengan cara menampi-nya menggunakan tampi, pemilik usaha tersebut yang kami panggil denngan sapaan Tulang mencoba menampi kacang yang baik di depan kami. Kemudian, kacang direndam selama beberapa hari (semakin lama direndam maka semakin bagus keawetan-nya) dengan air biasa ataupun air yang panasnya hangat-hangat kuku, “Semakin lama, semakin bagus, demi keawetan-nya. Biasanya kami merendamnya paling tidak dua malam,” ujarnya.
Kedua, tahap penggongsengan menggunakan adonan masak yang terbuat dari drum, agar dapat menampung kapasitas yang banyak. Selanjutnya, dicampur dengan pasir dan apinya dari kayu bakar, ada juga yang di gongseng di Kuali besar, “ternyata lebih capek mengongseng di kuali besar ketimbang di drum, ’’ songonon ma molo mangongseng di kuali, di tarik gotting” ya, memang benar kata Tulang Sigalingging, sebentar saja kami mengcobanya, pinggang terasa sakit dan kita tidak boleh berhenti, bisa-bisa kacang akan gosng . Pasir digunakan sebagai alat pemanas untuk memanaskan kacang hingga kacang matang. Waktu yang dibutuhkan dalam proses penggongsengan adalah 1-1,5 jam. Setelah itu, kacang dibiarkan dingin.
Ketiga, tahap pengemasan. Kacang yang telah di dinginkan, ditampi dan di saring kembali untuk memisahkan kacang-kacang dengan pasir, lalu dikemas dengan baik dan semenarik mungkin.
 Sedangkan Kacang yang sudah lepas dari kulitnya dikumpulkannya lagi, lalu dikemas. “Makanya tak ada yang terbuang begitu saja,” katanya.Setelah pemisahan, kacang kemudian dikemas dengan apik. “Kita buat semenarik mungkin. Dan satu yang terpenting adalah kebersihan. Jangan terdapat kotoran dalam kemasan. Kita selalu menjaga itu,” katanya mantap. (*)
Medan, Oktober 2012


 https://martunassinaga.wordpress.com/tag/proses-pembuatan-kacang-sihobuk/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar