Kacang Sihobuk, Oleh-oleh Khas Tapanuli Utara
Beberapa waktu yang lalu setelah saya dan beberapa teman selesai mengunjungi bengkel usaha Gitar Sipoholon,
kami menyempatkan diri untuk singgah membeli oleh-oleh khas Tapanuli
Utara di Desa Sihobuk, Pearaja. Melihat langsung cara pembuatannya
membuat kami terkagum-gagum. Masih terbilang sederhana, tapi cara
pemuatan itu pula yang membuat kacang ini menjadi begitu khas.
Rasanya gurih dan renyah, jika anda
pernah mencobanya, anda pasti sependapat dengan saya. Jika belum,
berkunjunglah ke Tapanuli untuk merasakan langsung, gurihnya kacang
tersebut.
Sekali mencobanya, maka siap-siaplah
kocek Anda keluar, sebab Anda pasti tergoda untuk membawanya pulang.
Kacang Sihobuk, barangkali, bukan pertama kali kita dengar, Kacang
Sihobuk berasal dari Desa Sihobuk, Pearaja. Tepatnya di Kecamatan
Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara. Setiap orang yang pergi ke Tapanuli
atau sekilas melintas, kacang Sihobuk menjadi oleh-oleh pilihan, apalagi
setelah mencicipi-nya, anda pasti tergoda untuk memblinya.
Ya, kacang Sihobuk sudah pasti akan dijadikan oleh-oleh.
Disana kami bertemu dengan K
Sigalingging, salah satu pengusaha kacang di Desa Sihobuk yang terbilang
sukses. Ia sendiri tak pernah menyangka, kelak kacang Sihobuk akan
harum namanya. “Setiap keluarga di desa ini sudah biasa membuat kacang bere karena
disini mayoritas petani. Biasanya, ya, untuk dimakan begitu saja, atau
di bawa ke pesta-pesta. Namun lama kelamaan kami mulai memikirkan-nya
untuk mengelolanya dengan serius,” kenangnya.
Pembuatan Kacang Sihobuk terbilang cukup
lama. Awalnya kualitas kacang dipilih. Setelah itu kacang direndam
selama beberapa hari, K Sigalinggin menjelaskan sambil membawa kami
berkeliling tempat proses pembuatan kacang tersebut yang terbilang luas.
Pertama, karena Kacang Sihobuk dikenal
dengan renyah dan garingnya sehingga kacang yang dipilih harus
berkualitas. Pemilihan kacang kita lakukan dengan cara menampi-nya
menggunakan tampi, pemilik usaha tersebut yang kami panggil denngan
sapaan Tulang mencoba menampi kacang yang baik di depan kami. Kemudian,
kacang direndam selama beberapa hari (semakin lama direndam maka semakin
bagus keawetan-nya) dengan air biasa ataupun air yang panasnya
hangat-hangat kuku, “Semakin lama, semakin bagus, demi keawetan-nya.
Biasanya kami merendamnya paling tidak dua malam,” ujarnya.
Kedua, tahap penggongsengan menggunakan
adonan masak yang terbuat dari drum, agar dapat menampung kapasitas yang
banyak. Selanjutnya, dicampur dengan pasir dan apinya dari kayu bakar,
ada juga yang di gongseng di Kuali besar, “ternyata lebih capek
mengongseng di kuali besar ketimbang di drum, ’’ songonon ma molo mangongseng di kuali, di tarik gotting”
ya, memang benar kata Tulang Sigalingging, sebentar saja kami
mengcobanya, pinggang terasa sakit dan kita tidak boleh berhenti,
bisa-bisa kacang akan gosng . Pasir digunakan sebagai alat pemanas untuk
memanaskan kacang hingga kacang matang. Waktu yang dibutuhkan dalam
proses penggongsengan adalah 1-1,5 jam. Setelah itu, kacang dibiarkan
dingin.
Ketiga, tahap pengemasan. Kacang yang
telah di dinginkan, ditampi dan di saring kembali untuk memisahkan
kacang-kacang dengan pasir, lalu dikemas dengan baik dan semenarik
mungkin.
Sedangkan Kacang yang sudah lepas dari
kulitnya dikumpulkannya lagi, lalu dikemas. “Makanya tak ada yang
terbuang begitu saja,” katanya.Setelah pemisahan, kacang kemudian
dikemas dengan apik. “Kita buat semenarik mungkin. Dan satu yang
terpenting adalah kebersihan. Jangan terdapat kotoran dalam kemasan.
Kita selalu menjaga itu,” katanya mantap. (*)
Medan, Oktober 2012
https://martunassinaga.wordpress.com/tag/proses-pembuatan-kacang-sihobuk/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar